Challenge3
Pov as Nidya
TREMOR! Itu satu kata yang ada di otakku sekarang. Bukan cuma kata-kata, tapi tanganku juga bergetar ngga bisa berhenti.
Coba tebak, siapa yang ada di depanku sekarang? KAWA! Iya, Kanaka Warangga yang pengikutnya 1,3 M di Instagram. Dan, dia ada didepanku dalam jarak 1 meter pun enggak.
“Hey?” Ia bersuara dan mengibaskan tangannya di depan wajahku kemudian tersenyum. Aduh, bisa nggak? Nggak usah senyum?
“Kawa!” Ia mengulurkan tangannya tepat di depanku, aduh Kawa! Kamu nggak usah kenalan aja aku udah tau nama lengkap kamu, tanggal lahir sampai kamu suka makan bubur diaduk aja aku tau!
Tangannya masih tergantung di hadapanku, dan dengan (tentu saja) tangan yang bergetar hebat aku menyambut uluran tangannya.
“Nidya! Salam kenal ya Kawa.” ucapku berusaha tersenyum yang mungkin lebih keliatan meringis daripada tersenyum manis.
“Baik, Nindya. Salam kenal juga.” jawabnya dan lagi-lagi memamerkan senyum itu. Pake salah lagi nyebutin nama, kalau orang lain yang salah aku bakal ngamuk, tapi kalau kamu pengecualian ya Kawa. Belajar nyebutin namaku yang benar, nanti ijabnya juga ngga sah. Astaghfirullah Nidya!
“Nidya ya Kawa.” koreksiku dengan senyuman manis yang sudah agak mendingan.
“Susah, aku panggil kamu Yaya aja gimana?” tawarnya tanpa rasa berdosa.
GAPAPA GAPAPA! YAYA SOUNDS TOO BE CUTE.
“Nggak apa-apa.” aku menggeleng, menyembunyikan rona merah pada pipiku karena hal kecil tersebut.
“Aduhh! Udah kenalan aja, yuk mulai. Jadi gini, Nidya nanti make up-in Kawa ya? Pokoknya dia harus cantik dan Kawa nanti sama sekali nggak boleh protes mau di make up gimana aja sama Nidya sama ngga boleh sambil ngaca ya! Paham?” ucap sang Master Ceremony menengahi dan menjelaskan apa saja yang harus aku lakukan.
“Siaaaaap!” aku mengacungkan ibu jariku dan memamerkan senyum lebar.
“Bisa nggak kamu make up-in?” tanya Kawa seperti agak khawatir dari raut wajahnya. Aku terkekeh.
“Nggak.” jawabku dengan cengiran lebar. Irisnya membulat sempurna.
“Hah?!”
“Bercanda, yuk mulai.” Ucapku yang mungkin sedikit lebih rileks dan santai dihadapan Kawa, tidak seperti tadi.
Meskipun dari luar wajahku terlihat serius dan santai, aku tidak bisa menyembunyikan raut wajah canggungku apalagi ketika memoles kulit wajahnya yang sepertinya perawatannya jauh lebih mahal dariku dengan bedak, dan juga ya ampun... Nggak kuat deh! Ini aku yang pertama kali lipstick-in dia?
“Udaaaaah!” Aku berseru senang dan kagum dengan hasil karyaku.
“Eh! Jangan lupa pake ini!” Aku mengambil sebuah wig dari tempat peralatan yang disediakan dan terkekeh geli.
“APA?! NGGAK YA YAYA!” Ia protes dan matanya melebar sempurna.
“Kawa, please?” aku memandangnya dengan tatapan memelas, kapan lagi ngerjain idola sendiri kan?
“Oke!”
Yesssss!
Dan dunia harus liat, Kawa tampil cantik untuk pertama kalinya!