Gadis Es
Tiba-tiba ponsel Alka berdering, dan itu dari Reyhan. Memang Laskarz memutuskan melakukan pesta Farewell Party karena Alka sudah tidak lagi menjadi murid Alexander. Namun, tidak ada yang tahu kalau Alka hanya menyebrang sekolah saja.
“Assalamualaikum. Dimana lu?” tanya Reyhan mencari keberadaan Alka yang menurut info dari Alka sang tuan sudah sampai di lokasi tempat mereka janjian bertemu.
“Gue dah di dalem sama Manik dan Eldo. Buruan sini.” Alka menatap kedua temannya yang sudah lebih dulu hadir. Tak lama, Reyhan muncul dengan balutan baju koko berwarna cream.
“Lo abis ngapain ngab?” tanya Manik tertawa sampai iris matanya tak terlihat.
“Iya lo. Abis tahlilan?” tanya Eldo menambahkan dan ikut tertawa. Alka hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan teman masa kecilnya tersebut.
“Iya anjir. Di rumah gue lagi ada pengajian. Eh gue aus nih. Bagi ya.” tanpa basa-basi, Reyhan mengambil minuman milik Alka tanpa dilarang oleh pemiliknya karena sudah paham betul tabiat Reyhan.
Di saat yang lain, seorang perempuan masuk ke dalam cafe tersebut dengan kepala tertutul hoodie dan headset yang setia berada ditelinganya. Sesekali, ia mengangguk-anggukkan kepalanya, menikmati irama musik yang masuk ke telinganya.
Fokus sang gadis tidak terbagi, hanya menatap satu arah. Yaitu novel yang dipegangnya. Ia memilih langsung duduk di pojok belakang cafe tersebut tanpa peduli sekitarnya.
Alka tanpa sengaja menangkap objek yang selama ini dicarinya, ternyata kesempatan kedua itu ada ya? Awalnya Alka tidak percaya, namun hal itu terjadi padanya saat ini.
“Anjir wey wey. Dieeeem.“ Alka memberikan isyarat agar teman-temannya diam. Kemudian, dirinya beralih menghampiri sang puan yang tak lain adalah Embun. Sosok yang diincarnya sebelum tragedi itu dialaminya.
“Suka novel dee juga?” tanya Alka tiba-tiba sudah berada dihadapan sang puan. Yang ditanya sama sekali tak terganggu dan tak menanggapi Alkana.
“Kalau gue sih, paling suka sama Perahu Kertas.” Ia menyebut asal judul novel yang memang beberapa tahun lalu sempat booming. Embun mengangkat wajahnya sekilas dan mendengus.
“Nggak nanya.” jawabnya ketus, Alka menghela nafasnya berat. Sabar Alka, sabar.
“Elo sekolah di Alexandra? Kenalin, gue Alka.” Alka memberanikan diri mengulurkan tangannya kemudian dibalas dengan suara buku dibentur ke meja, yang tentu saja dilakukan oleh Embun. Ia menatap tajam Alka dan melengos.
“Gue gak nanya.” jawabnya ketus dan meninggalkan Alka sendirian di cafe dengan tawa dari teman-temannya yang menyambut hari patah hatinya saat ini. Sialan. Siapa yang berani menolak Alka? Hanya Embun pelakunya