“Ingat, semua harus kompak. Iqbaal, Rinrin semangat! Kaya biasa, kalian harus ajak ngobrol penonton juga. Buat suasana jadi hidup ya. Gue dan Ibu bakal mantau dari belakang panggung.” Road Manager dari Svmmerdose memberikan beberapa arahan dan diangguki oleh Iqbaal dan juga Rinrin selaku peran utama dalam konser kali ini.

Akhirnya, giliran mereka untuk tampil telah tiba. Seperti biasa, Iqbaal sebagai bassist di Svmmerdose membuka penampilan dan intro lagu dengan apik melalui bass yang berada dalam gendongannya. Disambut dengan suara emas Rinrin yang mampu membuat seluruh penonton terpana.

Dalam fokusnya menampilkan yang terbaik, ada beberapa hal ganjal yang diperhatikan Iqbaal sedari mereka tiba dan melihat para penonton yang hadir. Berbeda dengan tur-tur sebelumnya. Penonton kali ini lebih tertib dan diam

Diam yang benar-benar diam, bahkan saat Rinrin mengajak mereka bernyanyi. Ada apa sebenarnya?

“Yuk yuk semua masuk mobil yuk!” Ketika semua selesai, dibawah bimbingan road manager-nya, Iqbaal dan Rinrin segera masuk ke mobil di tengah kerumunan.

Ada yang aneh dari stadion tempat mereka tampil. Jika stadion pada umumnya memiliki banyak pintu keluar. Di sana, pintu keluar dan masuk hanya satu lengkap dengan tempat parkirnya.

Entah perasaannya atau tidak, jumlah penonton yang menurutnya di luar ekspetasi. Karena seharusnya ada 8.000 penonton, dari matanya jumlah tersebut hanya setengahnya dari yang hadir tadi yang mungkin jika dihitung bisa 17.000 penonton.

Dengan penonton sebanyak itu seharusnya kosongnya tempat tersebut memerlukan waktu lama, namun saat ini sudah sepi. Ia mengintip dari kaca mobilnya sudah tidak ada orang di sekitar mereka padahal hanya berjarak hitungan menit.

“Rin? Lo ngerasa nggak sih? Tadi kita konser buanyaaaak banget orang. Kok sekarang udah nggak ada?” tanyanya pada sahabatnya tersebut. Rinrin segera menatap keadaan sekitar dari balik kaca mobil dan terdiam.

“Ah perasaan lo aja kali, lo kenapa sih dari kemaren parno terus?” Ia bertanya gemas kepada Iqbaal, karena kawannya tersebut memang dianggapnya berlebihan.

“Masa sih? Aneh banget dari tadi tuh. Lo liat aja itu penontonnya pada kaya setan. Diem terus.” Iqbaal berucap tanpa di filter dan mendapat cubitan dari Rinrin karena sudah berucap di luar batas.

“Kalau ngomong lo jangan sembarangan, kita lagi ditempat orang, bego!” Ia memperingati dan dibalas cengiran oleh Iqbaal.