“Jihaaaan!”

Sebuah suara mengagetkan puan berusia dua puluh tahun tersebut dari arah beranda rumahnya, Bima ini benar-benar datang secepat kilat.

Ia melangkahkan kaki besar-besar menuju pintu rumahnya dan melipat tangannya di dada.

“Cepet amat lo, kaya buroq,” celetuknya asal kemudian menggeser tubuhnya agar sahabatnya tersebut dapat masuk.

“Ngapain? Gue udah izin kali sama nyokap lo di whatsapp, Yuk? Buruan.” Bima tanpa persetujuan menarik gadis tersebut agar segera ikut dengannya.

“Buset, tunggu dulu dong. Gue ambil tas dulu. Jadi kepo gue, dikasih nama apa lo sama nyokap gue.” Jihan berbalik arah dan segera mengambil tasnya. Kemudian, gadis tersebut naik ke atas Vespa kuning milik Bima yang sudah sangat akrab dengannya.