Kebun Raya

Kawa POV

G.U.E S.E.N.E.N.G B.G.T

Yessss! Itulah yang bisa menggambarkan perasaan gue hari ini. Yaya begitu aktif dan ceria. Nggak salah, dia begitu suka bunga matahari. Melihatnya, hari gue benar-benar cerah. Gue jadi menebak-nebak, apakah dia pernah sedih? Karena gue nggak bisa bayangin kalau dia sedih gimana. Nggak bisa, dan nggak boleh.

Tuhan, kenapa baru mempertemukan gue sama dia sekarang? Ah, coba aja dia lebih dulu dari Nanda... Loh, Kawa mikir apa sih?

Gue menggeleng-geleng pelan, berusaha mengeyahkan pikiran konyol tersebut.

“Kawa kamu kenapa?” tanyanya dengan raut wajah panik, sekarang kami sedang duduk di bawah pohon cukup rindang, entah namanya ilmiahnya apa. Ribet.

“Nggak apa-apa, tadi ada nyamuk.” gue beralasan dan memamerkan cengiran lebar.

“Yaa..” gue berusaha membuka percakapan, ia menoleh dengan eskrim cone digenggamannya.

“Kamu beneran nulis alasan itu? Iya gitu ngefans sama aku kaya gitu?” tanya gue dengan kaki kanan diletakkan diatas paha, bertumpu pada paha kiri gue. Punggung tersandar pada bangku taman, berusaha mencari posisi nyaman.

“Iya! Emang kenapa?” tanyanya dengan lagi-lagi menampakkan wajah ekspresifnya.

Gue tertawa, gemas.

“Oh.. Nggak apa-apa. Paling normal.” gue berusaha menahan tawa ketika mengingat 2 form lainnya.

“Emang gimana form yang lainnya?” tanyanya menatap gue penasaran.

Gue menggeleng dan tertawa kecil.

“Gamau ah, masa ngedate kita ngomongin form nggak jelas. Yuk? Jalan lagi? kita makaaaan!” gue bangkit dari bangku taman tersebut, malas membahas kedua form tersebut.

Hm... Pacar Idola, ini harinya boleh nambah?