Pacar Idola
Hai aku Nidya Narundana, hobi suka menggambar dan suka sekali dengan Bunga Matahari dan juga Kawa.
Tapi kalau disuruh milih aku kayanya bakal lebih milih dikasih Kawa deh daripada sekebun bunga matahari.
Kenapa aku suka Kawa? Karena Kawa itu lebih dari idola dimataku. Dia sempurna. Dia benar-benar membuat aku menjadi pribadi lebih baik. Kawa menganggapku benar-benar seperti manusia dan teman. Aku akan terus bermimpi sampai jadi pacar seorang Kanaka Warangga.
Sama seperti saat ini, aku kayanya lagi mumpi deh. Entah berada dimana aku, disini banyak sekali bunga matahari dengan cahaya matahari yang hangat dan tak menyilaukan. aku melihat Kawa disana, tersenyum manis sekali. Senyum termanis yang pernah kulihat.
Ah meskipun aku tahu ini cuma mimpi, aku benar-benar berharap ini menjadi nyata. Senyumannya terasa sangat nyata hingga cahaya temaran dan bunga matahari sirna digantikan oleh cahaya putih dan bau khas rumah sakit. Namun senyum Kawa tak hilang, ia masih tersenyum dihadapanku dan menggenggam tanganku. Apakah aku lagi-lagi sedang bermimpi?
“Nidya? Nidya kamu sadar?” ucapnya pertama kali dan seketika langsung mengusap keningku. Ingatanku seketika terlempar ke beberapa hari lalu saat sebuah mobil hitam mendekat ke arahku dan semuanya menjadi hitam dan gelap.
“Kawa? Kamu ngapain disini?” tanyaku dengan suara agak parau. Ia kemudian dengan panik memberitahuku bahwa akan segera kembali dan memanggil dokter untukku. Aku mengangguk mengiyakan.
“Jadi, kamu selama ini belum mandi?” tanyaku sedikit tertawa saat sore hari bersamanya di kamar inapku. Aku sudah dipindahkan di kamar inap biasa bukan lagi di ICU. Kawa sudah menceritakan semuanya padaku dan siapa dalang dibalik ini semua. Yaaaaa... aku sebenarnya tak menyangka. Rasa cinta ternyata dapat membunuh ya? Tapi, Kawa? Apa kejadian Nanda akan terulang kepadaku?
“Beluuum.” Ia menggeleng membuyarkan lamunanku.
“Kenapa?” tanyaku penasaran. Wajahnya begitu dekat denganku dan semuanya terasa sangat bisa digapai.
“Mana mungkin aku mandi kalau orang yang aku sayang lagi kesakitan?” tanyanya tanpa rasa bersalah berucap demikian.
“Kamu sayang sama aku? Oh iya.. Kamu kan sayang sama semua fans kamu ya hahahaha.” Aku tertawa kecil, lucu sekali Nidya memikirkan apa kamu?
“Ya? Aku sayang sama kamu bukan sebagai fans.” Kawa meraih tanganku dan menggenggamnya. Aku menatapnya dalam diam, tak mengerti. Namun kalau boleh jujur, rasanya pusing, deg-degan dan seperti ada kupu-kupu menari diperutku.
“Aku sayang sama kamu sebagai kamu. Sebagai Nidya Narundana.” ucapnya lagi dengan seulas senyum dan terdiam beberapa saat.
“Yaaa? Be my sunflower and I'll be your sun?” ucapnya dengan sangat lembut dan membuat lidahku kelu entah harus menjawab apa selain mengangguk dan mengulas sebuah senyum bahagia.
Kalau 3 bulan lalu ada orang iseng yang bilang aku bakal jadi pacar Kanaka Warangga, aku kayanya bakal ketawa kenceng dan bilang orang itu gila deh.
Tapi, sayangnya takdir juga bisa gila and I love you, Kanaka Warangga, pacar sekaligus idolaku!
END