SARANJANA
Mobil Iqbaal baru saja tiba di depan gate satu Bandara Soekarno Hatta, Tanggerang. Ia menurunkan dua kopernya yang tentu saja dibantu Ayahnya yang saat itu sedang libur bekerja dan berkesempatan mengantar putra bungsunya tersebut ke bandara.
“Udah semua, Dek?” tanya Ayah Herry saat mengantar anaknya menuju waiting room untuk bertemu dengan Rinrin dan kru Svmmerdose lainnya.
“Udah kok, Yah. Nggak ada yang ketinggalan,” jawabnya sambil berjalan cepat karena sedari tadi, ponselnya terus berdering dan tentu saja pasti itu Rinrin dan Ibu yang menghubunginya.
“Hei! whats up?” Iqbaal seperti kebiasaannya, ia memeluk gadis bernama asli Tarapti Ikhtiar Rinrin tersebut dan menepuk-nepuk punggungnya beberapa kali sebagai salam persahabatan mereka.
“Lama banget lo!” umpat Rinrin segera bahkan baru beberapa detik Iqbaal memeluknya.
“Yeee, kaya nggak tahu aja lo Halim-Pondok Kopi gimana,” sanggahnya sebal dan mengalihkan atensinya pada kru dan manager-nya.
“Gimana, Buk?” tanyanya saat beberapa netra berpusat padanya.
“Udah mau boarding sebentar lagi, Dek. Kita harus siap-siap sekarang,” ajak Dinda Kamil, selaku manager dari Svmmerdose dan juga Iqbaal.
Iqbaal kemudian meminta izin untuk berpamitan dengan Ayahnya dahulu dan mundur beberapa langkah dari kerumunan.
“Yah, Adek izin pamit, Ya? Adek sayang sama Ayah.” Iqbaal memeluk erat sang bapak dan menepuk-nepuk punggungnya dengan tempo berirama.
Pria separuh baya dengan kacamata bertengger di hidungnya menatap anak bungsunya itu heran.
“Loh, kenapa nih? Tumben banget, Dek? Tapi, Ayah juga sayang sama kamu. Hati-hati ya, keluarga nunggu di rumah,” balas sang ayah dengan senyuman bijaknya.
Iqbaal kemudian melambaikan tangan dan menatap sendu sang Ayah seiring dengan menjauhnya langkah kaki menuju gate pemeriksaan.
Dia berharap dapat pulang kembali ke Jakarta.