Zetha Universe

Jangan lagi...

Kawa POV

Males.. Satu kata itu yang cuma bisa gue pikirin sekarang.

Memang, dulu gue sama Nanda adalah pasangan mendekati sempurna. Positif Vibes, kata orang-orang.

Mereka nggak tau aja apa yang sebenarnya terjadi, mereka nggak tau aja alasan kami putus itu apa? Gue terlalu muak untuk menjelaskan alasannya.

“Cepetan mau ngomong apa?” Udah 2 jam gue disini, nungguin nih cewek satu ngomong. Netra gue berkelana, takut-takut ada paparazzi.

“Kawa.. Aku cuma mau minta maaf sekali lagi. Tentang kesalahan aku kemarin, aku janji nggak akan ngulang. Kamu jangan cuekin aku kaya gini terus, ya?” Nanda berusaha mengambil tangan gue untuk digenggam dan segera gue tepis.

“Gue maafin. Tapi, lo jangan pernah ganggu gue lagi. Cukup, Nan cukup.” Gue berdecak sebal, memang mantan itu selalu menyebalkan.

“Nggak bisa, Kawa.” Dia menggeleng cepat dan lagi-lagi berusaha menggenggam tangan gue.

Ponsel gue menyala dan dilayarnya ada nama Yaya disana. Good Yaya! Lo menyelamatkan gue!

“Kawa.. Please Kawa!” Ia bangkit dari tempatnya dan berlutut dibawah kaki gue.

“Bangun, Nan..” Gue bergumam tanpa mau melihatnya.

“Nggak mau. Aku nggak mau bangun sebelum kamu maafin aku.” Ia masih menyembunyikan wajahnya diantara kaki gue. Gue masih berkeming ditempat duduk yang gue tempat sekarang.

“Bangun Nan.” Lagi, gue bertitah tanpa mau menyentuhnya.

Dia malah mengambil tangan gue dan menggenggamnya erat. Gue berusaha menepis tangannya dan malah tanpa sengaja menumpahkan minuman hingga membasahi baju gue. ARRRGHHH! Ngeselin banget nih cewek.

“Awas. Gue mau bersihin baju.” Fiuuuhh.. akhirnya gue bisa melarikan diri darinya. Sialan, baju gue jadi kotor. Mana mau ketemu Nidya.

Dan saat gue kembali, Nanda sudah tidak ada ditempatnya. Baguslah sadar diri.

Lastday

Kawa POV

Nidya Nidya.. Nggak salah dia suka banget sama bunga matahari. Hari gue cerah karenanya.

Mood gue yang hancur gara-gara Nanda yang menurut gue omongannya nggak penting dan minta ketemu, berhasil bisa diperbaiki dengan kehadirannya.

“Suka nggak?” gue melirik ke arahnya dengan kedua tangan masih mencengkram kemudi, dengan fokus terbagi juga ke jalan. Dia mengangguk antusias.

“Suka bangeeeet. Ih makasih. Ini disuruh sama Pacar Idola?” tanyanya menatap ke arah gue, menunggu jawaban.

“Ya nggaklah..” jawab gue dengan kekehan pelan.

“Ya..” panggil gue lagi, Ia menoleh dan menunggu jawaban.

“Makasih ya? Udah mau kirim form.” gue tertawa pelan dengan tubuh condong ke arahnya dan menatapnya lekat.

“Loh? Ngapain bilang makasih? Harusnya aku yang bilang makasih. Karena kamu mau pilih aku.” ucapnya polos. Gue tertawa dan tanpa sadar menggeleng.

Nggak, Ya. Lo datang ke hidup gue di waktu yang tepat.

Tidak lama kemudian, gue dan Nidya sampai ke tempat rekaman yang biasa gue datangi untuk latihan.

“Widih siapa tuh? Calon?” Ririn, sahabat perempuan gue dan juga partner ngeband gue berbisik. Gue hanya tertawa menanggapi, lebih tepatnya bingung akan jawabannya.

“Ya.. Tunggu bentar ya? Aku latihan dulu.” Gue meminta izin padanya, biasanya Nanda yang suka nemenin gue latihan. Hmm.. Kenapa Nanda lagi sih, Wa?

Gue.. Sepertinya ada ide deh buat lirik single terbaru gue. Hehehehee.

Lastday

Nidya POV

Haaaaaah... Aku harus manfaatkan hari ini sebaik mungkin! Karena yang kaya gini tuuh ya nggak akan kejadian dua kali!!

Dan belum tentu ya, Kawa bakal bales chatku terus. (Meskipun akhir akhir ini dia lebih sweet sih. Aduh Nidya jangan baper deh!)

Mana ya dia? Oh itu dia! Mobilnya udah datang. Aduh kok deg-degan sih?

“Hai, Ya?” sapanya saat aku sudah berada di mobilnya. Kemudian ia membalikkan badannya dan mencoba mengambil sesuatu di bangku belakang.

“Nih buat kamu.” Ia memberikan boneka beruang segede gaban plus bunga daisy yang ngga kalah gede bucketnya! Ya ampun.

“Tadinya mau bunga matahari. Tapi kegedean. Jadi campur aja ya?” ucapnya memberikan seulas senyumnya padaku. Aduh haaaaa kenapa sih Kawa, kamu nggak usah kasih apa-apa juga aku udah seneng.

“Nggak apa-apa! Aku suka banget kok!” ucapku antusias dengan wajah berbinar.

“Yaudah ayo kita lesgoooo!” ucapnya dengan semangat dan tancap gas.

WHOAAAAA! Oh ini tempat Kawa suka latihan? Btw, Kawa itu berbakat banget! Semua lagunya aku tau aku suka dan aku hafal! Dan tauga, dia itu menulis sendiri loh buat lagu-lagunya.

“Yuk masuk?” Ia menggandeng tanganku masuk dan sedikit membuatku kaget, karena baru kali ini kami saling bersentuhan.

Aku diajak masuk kedalam ruangan yang diisi beberapa orang disana yang tidak aku kenal. Kawa terlihat menyapa satu persatu mereka dan beberapanya melirik ke arahku.

“Temen-temen semua kenalin ini, Yaya. Yaya, ini ada Ririn, Aby, Yanto, Abil.. Semuanya teman-teman yang bantu aku disini.” Ia mengenalkanku didepan teman-temannya, aku mengangguk dan berjabat tangan dengan mereka satu persatu tentunya dengan senyuman manis.

“Aku latihan bentar ya, boleh nggak?” tanyanya. Aku tentu saja mengangguk. Ngapain sih dia pake minta izin?

Tuhan, yang namanya Kawa bisa digebuk nggak? Karena hari ini berhasil membuat jantungku berdebar dan perutku jadi banyak kupu-kupunya nih!

I love him but...

Nanda POV

Apakah pernah kamu berharap dapat mempunyai kemampuan memutar waktu? Atau berharap waktu dapat berhenti agar kamu dan dia dapat bersama tanpa terpisah oleh apapun?

Aku sekarang sedang dalam keadaan itu dan berharap waktu berhenti saja. Sesak yang memenuhi dada adalah apa yang seharusnya tidak harus aku rasakan sekarang.

Aku masih menunggunya datang dan setidaknya berbicara denganku lima menit saja.

Pukul 9 lewat, hm apakah kebiasaannya yang selalu telat belum berubah?

Hah akhirnya... Iris mataku menangkap sosoknya di ujung pintu masuk cafe dan mulai berjalan ke arahku.

“Ada apa?” tanyanya kemudian duduk dihadapanku. Aku menghela nafas dan menatapnya beberapa saat. Kawa masih Kawa. Tidak ada yang berubah. Masih dia yang dulu aku cinta sampai saat ini.

“Kamu mau pesen apa? Cheese Cake sama Americano?” tanyaku berusaha berbasa-basi dengannya.

“Nggak usah lama-lama. Aku ada urusan jam 12. Mau ngomong apa?” tanyanya tanpa mau sedikitpun netranya mengarah ke arahku.

Ternyata.. Kamu sudah berubah ya, Kawa?

Kebun Raya

Kawa POV

G.U.E S.E.N.E.N.G B.G.T

Yessss! Itulah yang bisa menggambarkan perasaan gue hari ini. Yaya begitu aktif dan ceria. Nggak salah, dia begitu suka bunga matahari. Melihatnya, hari gue benar-benar cerah. Gue jadi menebak-nebak, apakah dia pernah sedih? Karena gue nggak bisa bayangin kalau dia sedih gimana. Nggak bisa, dan nggak boleh.

Tuhan, kenapa baru mempertemukan gue sama dia sekarang? Ah, coba aja dia lebih dulu dari Nanda... Loh, Kawa mikir apa sih?

Gue menggeleng-geleng pelan, berusaha mengeyahkan pikiran konyol tersebut.

“Kawa kamu kenapa?” tanyanya dengan raut wajah panik, sekarang kami sedang duduk di bawah pohon cukup rindang, entah namanya ilmiahnya apa. Ribet.

“Nggak apa-apa, tadi ada nyamuk.” gue beralasan dan memamerkan cengiran lebar.

“Yaa..” gue berusaha membuka percakapan, ia menoleh dengan eskrim cone digenggamannya.

“Kamu beneran nulis alasan itu? Iya gitu ngefans sama aku kaya gitu?” tanya gue dengan kaki kanan diletakkan diatas paha, bertumpu pada paha kiri gue. Punggung tersandar pada bangku taman, berusaha mencari posisi nyaman.

“Iya! Emang kenapa?” tanyanya dengan lagi-lagi menampakkan wajah ekspresifnya.

Gue tertawa, gemas.

“Oh.. Nggak apa-apa. Paling normal.” gue berusaha menahan tawa ketika mengingat 2 form lainnya.

“Emang gimana form yang lainnya?” tanyanya menatap gue penasaran.

Gue menggeleng dan tertawa kecil.

“Gamau ah, masa ngedate kita ngomongin form nggak jelas. Yuk? Jalan lagi? kita makaaaan!” gue bangkit dari bangku taman tersebut, malas membahas kedua form tersebut.

Hm... Pacar Idola, ini harinya boleh nambah?

Kebun Raya

Nidya POV

Boleh nggak sih buat tim Pacar Idola ini acaranya nggak cuma 3 hari?! Tapi selamanyaaaaaaa!

Aaah.. Nidya Nidya, kenapa kamu minta hati minta jantung sih? Iya! Minta mulu!

Tapi, beneran deh. Aku kayanya dulu pas sebelum dilahirkan, di semesta lain, pernah menolong orang atau habis jadi pahlawan seperti avanger! Jadinya pas lahir lagi dikasih kebahagiaan bertubi-tubi seperti ini.

Kawa juga! Reseeeek! Dia malah benar-benar bertingkah seperti cowokku beneran, bedanya dia nggak manggil sayang aja. Hmmm, sisanya... Pasti siapa saja bakal meleleh.

“Yaya! Aku bawa eskrim!”

Tuhkan, kok dia bisa jomblo sih?

Meet Her

Kawa POV

Gue cuma bisa melongo dan terkejut saat melihat siapa gadis yang dipersiapkan tim Pacar Idola buat gue. Iya! Client gue. Dia adalah Nindya... Ralat Yaya.

Gue berusaha memasang tampang secool mungkin, karena mendadak keinget dosa besar gue sama dia yang berjanji bakal ngehubungin dia taunya kertasnya ilang.

God damn shit! Dari sekian banyak manusia, kenapa yang kepick dia? Nggak, bukan gue ngga suka. Cuma gue jadi berasa orang paling jahat sedunia. NgePHP-in orang.

Oke Yaya! Dari sekarang I'll treat like a queen. Lo jadi pacar gue mulai dari sekarang.

Netizen harus tahu, kalau gadis yang ada disebelah gue ini menggemaskan banget. Wajahnya seribu ekspresi, termasuk ketika dia menanyakan kenapa gue nggak ngehubungin dia.

Aduh mati. Udah gue duga dia bakalan nanya.

Gue menghela nafas kemudian memamerkan senyuman lebar dan mengulurkan tangan ke arahnya.

“Mana handphone kamu?” pinta gue sedikit memaksa seperti jambret. Tentu saja sang puan mengikuti titah gue saat itu.

Gue memasukkan nomor gue (tentu saja nyontek dari kontak) kedalam dial pad ponselnya kemudian menghubungi nomor tersebut melalui ponselnya.

“Aku namain Kanaka. Jangan diubah ya nama kontaknya.” ucap gue mengembalikan ponsel tersebut pada si empunya. Yeaaaah! Kawa emang pintar! Fiuuuh... Gue bersyukur tim Pacar Idola baru meliput gue ketika dilokasi bukan dijalan.

Bisa-bisa heboh kalau tahu gue ngasih nomor sembarangan.

Meet him

Nidya POV

AAAAAAAAA! Kalau boleh aku teriak sekencang-kencangnya kayanya aku akan teriak deh. Namun saat nomor itu menghubungiku dan menginformasikan sesuatu diluar nalar membuatku serasa baru bangun tidur. Iya alias lagi mimpi!

Aku akan ketemu idolaku. Iya! Kanaka Warangga. Coba cubit tangan aku sekarang, pasti nggak sakit.

Aku segera membuka pintu dan berlari ke depan gerbangku.

Laki-laki yang sempat kutemui hampir 2 minggu yang lalu sudah berdiri di mobilnya dan tersenyum manis ke arahku.

Aku melirik sekitar, sepi. Ini aku diprank atau bagaimana? Oh mungkin ada kamera tersembunyi. Whatever! Yang penting jalan sama Kawa.

Setelah jarakku cukup dekat dengannya, wajahnya terkejut namun kemudian kembali tersenyum.

“Hai! Nice to meet you again, Yaya!” ucapnya dengan senyuman manis. HAAAAAAAA DIA MASIH INGET NAMAKU.

“Haaai Kawa! Nggak nyangka ketemu lagi.” Aduh Ninid basi banget.

Kemudian ia membukakan pintu mobilnya seperti seharusnya laki-laki melakukan kewajibannya namun terlihat sweet dimataku saat ini.

“Kamu mau kemana hari ini?” tanyanya dibalik kemudi. Aku masih celingak-celinguk mencari kamera tersembunyi.

“Cari apasih Yaya? Nggak ada. Nggak ada kamera kalau disini. Nanti kalau udah sampai tempat tujuan baru mereka ikut meluncur. Nah kamu mau kemana?” tanyanya kembali fokus dengan jalan.

“Ya ampuuuunnn! oke...” Aku menarik nafas kemudian menghela nafas.

“Ya ampun! Aku masih ganyangka. Kamu... Kawa asli kan?” Aku sedikit lancar menyentuh lengannya, Ia kembali tertawa kemudian menatapku lekat kemudian mencubit pipiku cukup kencang,

“Aaaawww! Sakit.” Aku mengusap pipiku sambil meringis.

“Sakit kan? Berarti kamu nggak mimpi.” jawabnta dengan santai seperti tidak sadar ia baru saja melepaskan ribuan kupu-kupu dalam perutku.

“Jadi, mau kemana?” tanyanya lagi menatapku dengan alis terangkat satu.

“Makan aja mau? Aku mau makan ramen!” Ucapku dengan pasti dan antusias. Ia mengacungkan jarinya.

“Kawa??” Aku menimbang, Apakah berhak aku menanyakan hal tersebut?

“Ya?” tanyanya masih dalam fokus menyetir.

“Kamu lupa ya hubungin aku?” tanyaku agak takut-takut menunggu responnya.

Continue..

GILAKKK!

Jago juga nih cewek make upnya, gue sampe nggak bisa ngenalin gue yang ada dibalik cermin.

Eh, bisa pacarin diri sendiri aja nggak sih? Gue capek pacaran sama orang lain heheh. iya, gue lagi jomblo. Kenapa? Mau daftar?

“Yaya! Kamu jago make up ya?” gue menatapnya dengan antusias, karena melihat wajahnya yang begitu natural dan biasa aja gue hampir ngga yakin dia bisa kenal concealer atau semacamnya. Tapi pikiran gue berbanding terbalik dengan yang ada.

“Kawa.. Kamu ga terinspirasi jadi cewek kan?” tanyanya dengan menahan tawanya. Kontan iris gue melebar sempurna.

“Hah yagaklah. Masih suka cewek kali.” jawab gue dengan mantap.

Kalau Raden Dias dan Raja ada disini pasti gue udah diketawain abis-abisan.

Yaya malah tertawa. Gue ikut ketawa. Kenapa dia tertawanya nular sih?

Gue baru tau kalau ada Kawanesian semenggemaskan dia. Iya! Biasanya pada barbar tarik sana sini, cubit sana sini cium aja pernah! Bukannya ngga boleh.. Cuma ya berlebihan aja buat menyembah seorang Kawa. Gue itu manusia bukan seorang dewa.

Hmm...

Rasanya gue gaboleh deh sampai kehilangan kontak sama dia.

After this..

And.. TADAAAA!

Aku tersenyum lebar akan hasil karyaku, netraku menjelajah memperhatikan sekitar yang semua yang hadir dibuat berdecak kagum atau tertawa terpingkal-pingkal.

Deru riuh suara begitu ramai memenuhi kondisi Mall Kakas saat itu.

“Nidya! Omaygosh Kawa! Is that you?” ucap sang MC menghampiri kami berdua. Kawa yang belum melihat apa yang aku lakukan padanya tentu saja menatap kami berdua bingung.

“Hah? Kamu ngapain aku sih?” tanyanya lagi dengan suara lembut. Aku berusaha mati-matian menahan rasa ingin terbahak dihadapannya dan memberikannya sebuah kaca. Aku takut dengan reaksi Kawa, tentu saja. Selama ini, Ia dikenal dengan laki-laki yang begitu banyak jadi impian siapapun, rasanya Kawa begitu sulit digapai oleh siapapun yang ada di Indonesia ini.

Ia terdiam sejenak, memperhatikan parasnya yang sudah ku make over begitu parahnya. Dan.. Ia tersenyum.

“Whoaaaa! Nice Yaya! Ini aku?” Ia malah tersenyum sumringah menatapku, seperti orang yang habis kedapetan hadiah dari kindejoy.

“Seriously. Ini aku?” tanyanya lagi seperti tidak percaya. Aku mengangguk.

“Anjrit. Gila. Ini mah bisa-bisa si Raja naksir gue nih.” Ia berbicara sendiri menyebut nama yang mungkin adalah temannya.

“Gilaak! Jago make up ya kamu?” ucapnya lagi menatapku dengan netra berbinar.

“Tapi, Kawa.. Kamu jangan terinspirasi jadi cewek ya?” ucapku yang tentu saja bercanda.

“Hahahaha yagaklah. Aku masih suka cewek kali.” jawabnya kemudian ia kembali mengagumi wajahnya.

Kawa, suka aku bisa nggak?