Adultery
Noah mengetukkan pulpen ke meja yang tersemat diantara kedua jarinya, berpikir keras tentang keputusan apa yang harus ia ambil.
Drrtt! Drrtt!
Ponselnya bergetar, netranya teralih menatap sebuah benda kecil yang menyala itu. wanita jalang itu lagi, racau Noah dalam pikirannya. Tidak bisa kah ia diberikan waktu sejenak untuk dapat lepas dari bayang-bayang masa lalunya.
Wanita itu kali ini mengancamnya, jika ia tidak datang maka Cherie akan mengirimkan video senonoh mereka kepada Elsa —kekasihnya— dan itu pasti akan membuatnya berada di dalam sebuah masalah.
Noah melirik arlojinya, masih ada waktu untuk membuat mantan kekasihnya itu diam. Setelah itu, ia dapat segera menuju tempat berlangsungnya sidang yang akan ditempuh Elsa. Kekasihnya sebentar lagi akan lulus kuliah dan tentu saja Noah akan segera melamar gadisnya.
“Mau perlu apa? Cepet ngomong, waktu gue nggak banyak.” Noah melipat dadanya, masih berdiri di depan pintu apartment milik Cherie. Pandangannya tak betah diam, sibuk menjelajah, ia takut akan diketahui oleh calon suami Cherie.
“Buru-buru banget sih, duduk dulu dong,” ucap Cherie dengan nada selembut sutra tepat di telinga sang tuan. Dengan gemulai jemarinya menarik Noah agar duduk di sebuah sofa yang langsung menghadap ke sebuah TV flat miliknya.
Mau tidak mau, Noah mengikuti permainan sang puan. Tak tahu sebenarnya, untuk apa ia di sini?
“Cepet mau apa?!” Noah memutar tubuhnya agar menghadap sang puan dan menatap mantan kekasihnya itu tajam.
Cherie justru tertawa dengan halus, ia mengedipkan sebelah matanya dan jari telunjuknya mulai ia tugaskan untuk bergerak nakal di antara pipi Noah.
“Gue cuma mau minta peluk terakhir kali dari lo kok, boleh?” tanyanya dengan senyuman manisnya, seperti tak tahu diri sedang berbicara dengan siapa. Noah menggemertakkan giginya. Ia menatap nyalang sang puan.
“Gila lo ya, gue mau pulang!” Lelaki itu memutuskan bangkit namun lengannya ditahan oleh Cherie dan perempuan tersebut sudah mendekap tubuhnya erat. Menghirup dalam-dalam aroma yang menguar dari tubuh pria yang masih sangat dicintainya itu.
“I miss you,” bisiknya lembut tepat di telinga Noah dan berhasil membuat sang tuan terdiam.
“Gue tau lo pasti kangen juga kan sama gue?” Noah berusaha melepaskan dirinya, namun nihil. Cherie begitu mendekapnya erat. Ia kemudian mendongakkan wajahnya kemudian tersenyum.
“Kiss me for the last and i will leave you,” ucapnya lolos begitu saja dan menatap dalam netra sang mantan, berharap Noah mengerti maksudnya.
Noah bergeming, bingung apakah harus mengikuti hati atau logikanya. Kemudian, ia membiarkan nalurinya bekerja dengan mendekatkan wajahnya pada sang puan. Dengan netra terpejam, bibirnya sudah bersentuhan dengan milik wanita yang beberapa menit lalu sempat ia sumpah serapahi sebagai jalang. Hah, betapa munafik dirinya.
Cherie diam-diam mengulas senyum, hatinya bersorai. Dia mendapatkan kembali lelakinya. Tanpa ampun, ia membalas lumatan kecil milik Noah dengan lumatan dan isapannya yang berbanding terbalik, panas dan penuh gairah.
Jemarinya tak betah diam, ia mengusap rahang kokoh sang pria dengan gerakan gemulai. Cherie tersenyum saat lelaki tersebut makin memperdalam ciuman mereka dan berhasil masuk ke permainannya.
“Mmhh..” Noah dibuat kewalahan saat bibir sang puan sudah berpindah ke leher jenjangnya, seolah mengabsen setiap inchi kulit lelaki tersebut . Netranya makin terpejam saat Cherie dengan sengaja mencecap dan menghisap kuat di beberapa titik pada jenjang leher miliknya, meninggalkan bekas kepemilikannya disana. Pikirannya terbang di saat mereka masih sering melakukannya, bahkan hampir setiap hari.
“I know you want me right now hm?” bisiknya lembut tepat di telinga Noah. Tak dijawab lelaki tersebut, Cherie tak berhenti sampai situ. Jemarinya dengan nakal mengusap milik sang tuan dari balik celananya. Ia tersenyum saat mengetahui Noah sudah terpancing karenanya di bawah sana.
Namun gerakan tangannya dihentikan oleh jemari sang tuan yang menyingkirkan tangannya dari sana.
“Jangan.” Noah seolah tersadar dari dosanya, ia menatap Cherie dalam. Namun, ia sendiri tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia juga butuh dipuaskan.
Bukannya menurut, Cherie justru tersenyum miring dan balas menatap Noah.
“Yakin nggak mau?” tanyanya dengan nada menggoda, dengan sengaja kembali mengusap milik sang tuan kali ini dengan kuku-kukunya yang tentu saja membuat Noah menelan ludah.
Tanpa disuruh, Cherie dengan gerakan gemulai membuka resleting celana dari mantan kekasihnya itu dan tanpa ragu mengelus kejantanan dari Noah yang masih terbalut celananya.
Lelaki tersebut hanya pasrah menatap wanita tersebut yang saat ini sudah mengikat rambutnya dan kali ini sudah mengenggam miliknya yang sudah teracung sempurna.
“I miss you, darling. Apa kabar?” tanya perempuan itu terkekeh pelan, mengajak bicara penis Noah yang sudah amat menegang karena ulahnya.
Cherie dengan gerakan lihai, menaik turunkan tangannya pada batang pria yang dicintainya tersebut dari gerakan amat pelan. Kuku-kukunya bergesekan dengan kulit sensitif Noah dan berhasil membuat sang empunya memejamkan mata.
Seperti memiliki mainan baru, gerakannya ia percepat dan membuat kaki pria tersebut bergerak gelisah.
Tak berhenti sampai situ, kali ini Cherie mulai membiarkan lidahnya bermain, menjilat milik Noah laksana es krim kesukaannya. Ia seperti ahli dan tahu bagaimana membuat lelaki itu mendesahkan namanya.
“Cherrr ... Udah Cherr ... Hhh—” Tak memperdulikan erangan demi erangan dari sang tuan, Cherie justru makin membuat panas suasana dengan sengaja memasukkan penis sang tuan ke dalam mulutnya. Mengulum dan memaju-mundurkannya dengan gerakan sedang hingga cepat dan sesekali menghisapnya kuat.
“Akhh!” Noah mengejang saat Cherie benar-benar membuatnya terbang ke awan, Ia klimaks untuk pertama kalinya, permainan perempuan itu masih sama dan masih membuatnya cepat bergairah.
Cherie memutuskan berhenti setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, ia kemudian dengan sengaja duduk di pangkuan Noah dan mengalungkan lehernya.
“Gimana? Masih sama kan?” ucapnya dengan senyuman miring dan menatap Noah dari jarak yang sangat dekat. Noah menelan ludahnya tanpa bersuara.
Tidak perlu dijawab pun, Cherie sudah tahu jawabannya. Ia kembali menghadiahkan lelaki tersebut kecupan, lumatan serta isapan yang membabi buta dan kali ini dibalas tidak kalah panas oleh mantannya itu.
Tanpa disadari, ia sudah membuat lelaki itu bertelanjang dada di hadapannya. Cherie berhenti dan menatap lelakinya cukup dalam.
“Sekarang keputusan lo, mau lanjut atau nggak? Kalau lo mutusin berhenti disini, ini salah gue. Kalau lo lanjut, ini salah lo dan jangan bawa-bawa gue,” ucapnya pada Noah, ia tahu tidak ada laki-laki yang dapat berpikir normal saat sedang dikuasai oleh nafsu. Dan Noah memilih opsi kedua.
Noah memilih melepaskan semua pakaiannya dan juga Cherie, seiring dengan lepasnya juga kepercayaan dari kekasihnya yang ia ikut hempaskan ke tanah. Tak bersisa.
“Noaaahh—” Cherie mengigit bibirnya saat bibir sang tuan sibuk menghisap salah satu buah dadanya, ditambah dengan satu tangan Noah yang sibuk meremas salah satu payudara sintalnya. Shit! Ia sangat merindukan perasaan ini.
Tak sabar, Cherie sendirilah yang memasukkan kejantanan sang tuan yang sudah sangat menekan ke dalam liang kenikmatannya, netranya terpejam saat merasakan sang tuan masuk sempurna ke dalam dirinya.
Noah tak lagi pasif, Ia menyandarkan punggungnya ke sofa dan memeluk sang puan erat. Membiarkan ia yang bekerja sekarang, menghujamkan berkali-kali miliknya di dalam sana.
“Ssshh ... Cherr ... Lo masih enak banget—” Noah tak sanggup melanjutkan ucapannya karena serangan kenikmatan dari Cherie yang begitu menjepit dirinya di dalam sana. Cherie tanpa berhenti menggerakkan pinggulnya cepat seolah ia juga ingin merakan kenikmatan yang dirasakan lelakinya.
Noah makin penasaran, ia mempercepat gerakannya hingga tubuh mereka bergetar dan menimbulkan suara senggama yang cukup keras.
“Aaaakhhh—” Ia mengerang keras seiring dengan hangat yang dirasakan Cherie di dalam sana. Nafasnya naik turun, ia mengecup puncak kepala sang puan cukup lama.
“I miss you,” bisiknya tanpa tahu diri, dijawab dengan anggukan dari wanita tersebut.
“Ronde kedua?” tanyanya sambil mendongakkan wajahnya.
“Gila.” Satu kata meluncur dari bibir Noah yang justru dibalas dengan senyuman nakal dari Cherie.
“Im crazy because of you. Di kamar mandi?” tawarnya lagi, Noah tidak menjawab namun ia tersenyum dan Cherie tahu lelaki itu tidak bisa menolaknya.